Cerita
hati seorang wanita.
Ku belek
undangan itu berkali-kali. Sesekali ku usap-usap
kemudian kupeluk. Dalam hati
aku berkata
“
Alangkah bahagianya jika
namaku yang tercetak
dalam undangan ini..”
Fikiranku
melayang seketika. Di saat
pernikahanku nanti, aku mahu memakai
gaun kebaya berkombinasi
warna merah putih
yang aku design
sendiri untuk acara
akad nikah. Pada malam persandingan pula, orang-orang akan terpesona melihat aku
dan pasanganku dengan gaun indah ala king and queen dalam cerita dongeng barby
as a princess of swan lake. Hai……saat itu,pasti aku merasa dunia
ini bagai aku
yang punya.
Lamunanku hambar
apabila handphonku berbunyi. Mesej dari Nurry.
“Jangan lambat
ke acara pernikahan
ku besok, ya.” Isi
mesejnya.
Aku
tidak membalas. Langkahku perlahan
menuju ke baranda
rumah. Menikmati angin petang
sambil ditemani hanya
secangkir kopi hangat. Di
situ, mataku tertumpu pada
sebuah keluarga yang
sedang duduk santai
di halaman rumah. Sepasang anak
mereka asyik bermain
bola manakala pasangan suami isteri
itu pula tak
lekang berpegangan tangan
sambil tertawa melihat
telatah anak-anak. Sungguh bahagianya
mereka. Dalam hati ini
tersimpan satu perasaan “Sungguh, aku ingin seperti
itu.” Ramai teman-temanku yang
sudah menikah. Dan kini
mungkin mereka sedang
menikmati saat-saat seperti
apa yang ada
di depan mataku. Tapi
aku…..entah bila. Hanya Allah
yang tahu.
Hari
esok pasti akan
berlaku satu pertemuan
bak reunion di
pesta pernikahan Nurry
nanti. Dan masa itu
aku sangat tahu, soalan
itu akan menerpaku
lagi.
“ Hai, Hana.Kau bila
lagi? Jangan lambat-lambat,
nanti tak sempat.” Gelak tawa
terpecah.
“ Belum ada
seru lagi. Mungkin Tuhan belum
izinkan.” Jawabku ringkas.
Padahal, andai mereka tahu
jeritan batinku, betapa aku
ingin menikah. Aku ingin
punya suami. Aku ingin
punya anak. Oh, Tuhan..
Engkaulah yang lebih
mengerti.
Setelah beberapa
cerita cintaku berakhir
dengan pedih, itu tak
membuat aku untuk
berhenti berharap. Berharap seseorang
akan datang kepada
ku untuk memberi
cintanya, cinta yang tulus
dan ikhlas. Akan kami
kongsi cerita suka
dan duka. Tidak perlu
sebagai seorang kekasih
tapi sebagai seorang
suami. Agar dapat aku
menikmati bahagia bersamanya
dan mencari redha
Allah dengan berbakti
kepadanya. Jauh di dalam
lubuk hatiku bersuara
“ Aduhai “pernikahan”….betapa aku
merinduimu…”
Karya
hati : pu3ku_hana