- Kata Maaf Terakhir -
M
|
alam ini Haris tidak keluar.Dia balik seawal pukul 8 malam.Selalunya selepas waktu kerja Haris akan berpeleseran dulu bersama Kuza dan kawan-kawanya yang lain sebelum pulang ke rumah pada waktu dini hari. Puan Zainab dan Encik Mukhsin sedikit hairan melihat kelainan yang berlaku pada anak mereka malam itu.
“Hari ni ada perintah berkurungkah,ris?” Kata ibunya.Haris menjeling.Hatinya tercuit dengan sindiran itu.
“Umi menyinggung Haris ya” Muncung bibirnya bernada manja seperti anak kecil.
“ Baguslah kalau Haris seperti ini selalu.Umi dan ayah tak perlu berkerut dahi setiap hari mengkawatirkan Haris.” Kata ibunya lagi disertai ketawa kecil.
“Oh ya.hujung minggu ni Haris jangan kemana-mana ya.Ada tetamu agung nak datang.” Sambung ibunya.
“Siapa,Umi?”
“Adalah.”
Hatinya berteka-teki sendiri.Siapa tamu agung yang akan bertamu ke rumahnya hujung munggu ni? Ah! Mungkin bukan siapa-siapa.
Seperti yang telah diingatkan ibunya,hari minggu itu dia tak kemana-kemana.Handphonnya tak henti berdering sejak pagi tadi.Panggilan daripada Halim,Taufik,Kairul bahkan Kuza tidak diendahkan semata-mata ingin menemui tetamu istimewa yang dikatakan ibunya itu.Hari semakin meninggi.Ibu dan mbah Yam,pembantu rumah mereka sibuk menyiapkan makan tengahari di dapur.Ayahnya pula masih belum balik sejak keluar untuk menghadiri mesyuarat mendadak pagi tadi.Haris hanya duduk termangu di hadapan TV.Bosan!! itulah yang dia rasakan.
Lebih kurang pukul satu petang loceng pintu berbunyi.
“Assalamualaikum.” Suara wanita di luar.
“Walaikumsalam warahmatullah.” Jawab ibunya sambil membuka daun pintu.Puan Syarifah bersama anaknya datang dengan buah tangan yang agak istimewa.Mereka terus saja dijemput ke meja makan memandangkan kedatangan mereka bertepatan dengan waktu makan tengahari.
“Haris,ini puan Syarifah.Teman lama umi.Yang manis itu pula anaknya,Lia.”
Ibu haris memperkenalkan tamu istimewa yang dikatakanya itu.Mereka menikmati makan tengahari sambil bercerita panjang.Suara gelak tawa kedua ibu itu tidak pernah lekang sejak tadi.Seolah-olah mereka terlalu rindu setelah lama tak bertemu.Sedangkan Haris dan Lia lebih banyak berdiam.Hanya sesekali mereka bertanya tentang pekerjaan antara satu sama lain.Tidak banyak perkara yang mereka bualkan sehingga petang tiba dan merekapun meminta diri untuk pulang.Kedatangan dua beranak itu sedikitpun tidak menarik perhatian Haris.Dia hanya bersikap selamba dan sesekali menunjukkan rasa bosan.
Sejak pertemuan hari itu,setiap hari yang berlalu ibunya tak pernah jenuh bercerita tentang Lia.Sehinggalah suatu hari Haris begitu terkejut dengan ucapan ibunya yang ingin melamar gadis berdarah arab itu untuknya.Sungguh hatinya sangat berat karena dia sudah mempunyai pilihan hati.Tapi dia tetap harus menerima Lia sebagai isterinya kerana itu adalah permintaan ayahnya sebelum menghembuskan nafas terakhir seminggu sebelum pernikahan mereka.
Berpekan-pekan sudah mereka menjalani hidup bersama di bawah satu bumbung.Tapi kehidupan mereka tidak pernah terasa seperti kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya.Tidak ada ucapan sayang,tidak ada pelukan mesra,tidak ada senda tawa di antara mereka.Sedangkan Lia telah berusaha menarik perhatian suaminya agar kesuraman tidak lagi menyelubungi singgahsana mereka.Tapi semuanya sia-sia.Dalam hatinya Kuza masih tetap menjadi ratu.
Malam semakin larut.Selepas menghantar Kuza tadi,Haris tidak terus pulang ke rumah.Saat ini dia amat memerlukan waktu untuk menenangkan jiwa.Avanza putih yang dipandunya meluncur laju di dada jalan.Perasaannya masih belum stabil.Kemarahannya pada Lia masih belum hilang.Peristiwa pertengkaran yang berlaku antara Lia dan Kuza petang tadi sangat mengacau fikiran dan hatinya.Tidak pernah dia melihat Lia bertindak emosional seperti itu selama ini.
“ Tolong jaga ucapanmu.Jangan berkata sembarangan!” Kata Lia sambil menudingkan jarinya ke arah Kuza.
“ Memang benarkan.Kamu itu perempuan murahan.Kamu tahu Haris tidak mahu menikahi kamu tapi kamu tetap menggoda dia sampai akhirnya dia terpaksa nikah dengan kamu!”
Lancang mulut Kuza menuduh.Lalu ‘ Pakkk! ’ satu tamparan hinggap di pipinya.Haris yang berada di belakang Kuza pantas menarik tangan Lia sedikit menjauhi Kuza lalu berkata
“Sekali lagi kamu berani melakukan itu pada Kuza,aku takkan segan-segan lagi berlaku kasar pada mu!.”
Nadanya keras.Luluh hati Lia mendengar ucapan suaminya itu.Dia benar-benar tak sangka suaminya akan membela wanita lain berbanding isterinya sendiri.Dia menangis dan berlalu ke bilik meninggalkan mereka.
Haris melirik jam tangannya.Sudah pukul 11.30pm.Tapi hatinya masih enggan untuk pulang.Dia tahu Lia pasti sedang menunggunya di rumah.Meskipun selama ini dia sentiasa bersikap dingin pada Lia,tapi wanita itu tetap setia menjalankan tanggungjawabnya sebagai isteri yang baik.Tidak pernah walau sekalipun Lia menunjukkan rasa kesal terhadap sikap Haris kepadanya selama ini.Tapi itu semua masih belum dapat menggetarkan hati Haris untuk mencintai dan menerima Lia dalam hidupnya meski telah 9 bulan mereka bernikah.
Haris melepaskan keluhan panjang.kereta yang dipandunya berhenti berdekatan Taman Tasik Perdana.Sudah jam selewat ini kelihatan masih ramai anak-anak muda yang berkeliaran di kawasan ini.Dan tidak kurang pula yang bermadu kasih di bawah pohon-pohon rendang yang ada di taman itu.Kebetulan bulan malam itu bersinar penuh.Setiap pasangan kekasih yang ada bagai disirami cahaya cinta.
Haris terkenang memori indah dia dan Kuza.Di taman itulah mereka sering menghabiskan waktu berdua.Berjalan-jalan sambil menikmati aiskrim coklat kegemaran mereka.Di taman itulah janji mereka terucap untuk hidup bersama.
“Za,abang cintakan Za.Tiada wanita lain yang boleh menggantikan Za di hati abang. ” Madah indah yang diucapkannya pada Kuza malam itu.
“Oh ya? Apa buktinya?” Tanya Kuza.
“Za tak percaya abang? Ok.Hujung tahun ni abang akan hantar rombongan untuk melamar Za,gimana?”
Pertanyaan itu membuat Kuza tersenyum.Sebenarnya dia hanya ingin memancing ketegasan Haris dalam hubungan mereka dan bukan kerana ketidakpercayaannya pada Haris.Dan reaksi Haris itu menunjukkan dia komitmen untuk menjadikan hubungan mereka lebih utuh.Spontan Haris mencubit manja pipinya.
Tapi sayang rencana mereka untuk hidup bersama tidak seiring dengan rencana tuhan.Umi dan ayahnya lebih dulu telah melamar Lia untuknya meski telah dibantahnya berkali-kali.
“Haris tidak mahu menikahi Lia,umi.Haris tak cintakan dia.” Tegasnya.Hatinya betul-betul berkecamuk tatkala mengetahui dia akan menikah dengan gadis yang tak pernah tergambar dalam fikirannya selama ini.
“Cinta itu boleh dibentuk setelah menikah,nak.Yang penting akhlak dan budi pekertinya.Lia itu cukup sempurna untuk mu.Dia akan menjadi penyejuk hatimu kelak.Percayakan Umi.” Pujuk ibunya.
“Macamana Haris akan bahagia kalau dalam hati Haris tidak ada rasa cinta walau sekelumitpun pada dia? Lia seorang yang religious sedangkan Haris sangat bertentangan perilaku dan fikiran dengannya.Apakah kami akan bahagia? Haris takut tak dapat menghadirkan kebahagiaan itu dalam rumah tangga kami nanti bukan hanya untuk diri Haris tapi untuk Lia juga ,Umi.”
Ucapannya mengungkapkan rasa kesal yang mendalam dalam hati.Namun ungkapan itu tetap tidak dapat mengubah pilihan hati ibunya.
Hujan mulai turun.Setiap pengunjung yang ada juga mula meninggalkan taman.Haris turut beredar.Setiba di rumah,matanya tertumpu pada susuk tubuh wanita yang kelihatan sungguh lena di atas sofa di ruang tamu.Dia melabuhkan punggungnya di atas sofa yang bertentangan.Diperhatikannya wajah isterinya itu.
“Nuralia Syakira.Cantik.Manis bertudung litup.Punya pendidikan yang tinggi.Juga berasal dari keturunan terhormat.Tapi kenapa aku masih tidak terdetik untuk mencintaimu?”
Bisik hati kecilnya.Hampir setahun sudah usia pernikahan mereka,namun rumah tangga mereka masih tetap disulami sikap dingin Haris pada Lia.Selama tempoh itu juga dia masih belum pernah menyentuh Lia di kamar tidur.Setiap hari dia pulang selarut pukul 1 atau 2 pagi dan akan terlelap di atas sofa atau di dalam bilik tapi di atas lantai beralas karpet.
Suara azan yang berkumandang subuh itu mengejutkan Lia dari tidur.Dia mengalihkan selimut yang menutupi tubuhnya.Dia berfikir sejenak.
‘Aku tidak memakai selimut malam tadi.Tapi selimut ini…. Ah! Mungkin abang Haris yang memakaikanya untukku.’ Dia tersenyum.Dilihatnya Haris sangat lena di atas lantai Dia melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wuduk sebelum mambangunkan Haris untuk solat subuh.Sehabis itu dia perlahan-lahan menghampiri Haris.
“Abang…subuh bang.” Bahu Haris ditepuk-tepuknya perlahan.
“Subuh awal lagilah.Aku masuk kerja pukul 8!!” Kata Haris bernada marah.
“Solat subuh bang..” Lia sekali lagi membangunkan suaminya.Namun tidak juga dipedulikan.Dengan keluhan kecil Lia bangun lalu pergi menunaikan solat.Di hujung solatnya dia memohon kepada Tuhan
“Demi kasih-Mu Ya Allah..berikanlah hidayah kepada suamiku untuk kembali kepada jalan-Mu dan bukakanlah hatinya untuk menerimaku sebagai isteri di sisinya.Amin..”
Air matanya menitis.Sesudah solat dia bergegas ke dapur untuk menyediakan sarapan.
Pukul 7.30am.Haris meneguk kopi susu panas yang disediakan untuknya.Nasi goreng di hadapanya tidak dijamah.Dia terus saja berlalu setelah menghabiskan minuman.Lia hanya mampu melihat suaminya berlalu.Sedangkan sebenarnya ingin sekali dia memeluk erat suaminya itu setiap kali keluar rumah sepertimana yang dianjurkan Rasulullah saw.Tapi suaminya tidak pernah mengizinkan.Hanya doa yang dapat dititipkan untuk mengiringi perjalanan suaminya.
Hari terasa begitu cepat berlalu.Sekejap saja malam sudah menjenguk.Haris masih termangu di meja kerjanya.Terasa berat sekali hatinya untuk pulang ke rumah.Lamunanya hambar pabila mendengar suara Fadli yang berdiri di muka pintu.
“Hai….mengelamun panjang nampak.OT ?” Katanya sambil melangkah masuk.
“Tidak.Kau belum pulang?” Soal Haris kembali.
“Aku tahu kau nak cerita sesuatu pada aku kan.so,aku tunggu.Kata-kata Fadli membuat Haris tertawa kecil.
“Entahlah Fad.Kaki aku rasa berat sekali mahu bergerak pulang.”
“Kakimu malas kerana hatimu tak ingin jumpa Lia bukan.” Fadli dapat menduga apa yang dirasakan sahabatnya itu.Haris menunduk.Ternyata apa yang dikatakan Fadli sahabat baiknya juga penolong eksekutifnya itu sememangnya persis seperti apa yang ada difikirkanya.
“Lia itu isteri kau,ris.Apapun,dia itu sudah menjadi amanahmu.Kau cubalah untuk mendekati dia,bemesra dengan dia,lama-lama nanti mesti kau suka.Lagipula bagi aku dia itu cantik.Lemah lembut.Nasib baik dah jadi hak mu kalau belum akupun nak juga.”
“Kau nak ambil.Ha! kau ambil ni.” Kata Haris sambil menunjukkan buku limanya.Kemudian mereka tertawa.Kuza yang melihat dari luar masuk keruangan itu.
“Abang belum pulang?” Soalnya.
“Belum Za.Boleh Za temankan abang?” Pinta Haris.
“Sudah tentu.” Jawabnya dengan mengukir senyuman manis di bibir munggil.Melihat kehadiran Kuza,Fadli segera ingin berlalu pulang.
Malam itu mereka ke taman lagi.Satu-satunya kerusi yang masih kosong di tepi tasik itu seakan menunggu kedatangan mereka.Mereka ingin menjadikan malam itu seperti malam-malam indah yang mereka lalui sebelumnya.Gandingan tangan mesra sambil menyuap aiskrim coklat,ditemani kelipan ribuan bintang dan hembusan angin lembut.Suasana yang amat membahagiakan bagi pasangan yang sedang jatuh cinta.Meskipun dia tertawa mesra tapi jiwanya tidak merasakan kebahagiaan seperti yang mereka rasakan sebelumnya.Kuza sendiri masih dapat melihat garisan suram pada wajah kekasihnya itu.Dia tidak ikhlas untuk bahagia dengannya malam ini.
“Za tengok abang tak gembira dengan Za malam ni.”Kata Kuza.
“Abang tak gembira kerana abang tak dapat menggembirakan Za.” Balas Haris.Dia menyambung lagi.
“Sepatutnya sekarang Kuzalah yang menjadi isteri abang.Yang menemani abang.Yang bermesra bersama abang.Kuza yang abang cintai,bukan Lia.” Nadanya sedih.Tangan Kuza digapai.Jari-jemari mereka saling merangkul erat.
“Kalau begitu nikahi Za.Sepertimana yang abang janjikan pada Za dulu.Dengan itu abang sudah cukup membahagiakan Za.”
Haris sedikit terpana dengan ucapan spontan Kuza itu.Sebenarnya itulah yang dia ingin lakukan sejak dulu.tapi entah mengapa seperti ada sesuatu yang menghalang perasaanya untuk berkata ‘Ya’.Dia hanya tersenyum lantas memeluk wanita di hadapanya itu.
Tiga hari berlalu.Kata-kata Kuza masih terngiang-ngiang di telinganya.Akhirnya dia mengambil keputusan untuk memberitahu Lia mengenai hasratnya itu.Kondisi rumah tangga yang dibinanya bersama Lia tidak pernah kunjung bahagia maka dia yakin Lia akan terbuka untuk mengizinkan pernikahanya dengan Kuza.Hari itu dia pulang ke rumah untuk makan tengahari.Lia hairan.Selama ini tidak pernah Haris pulang pada waktu ini apalagi untuk makan tengahari bersamanya.nasib baik hari itu dia masak lebih.Kedatangan Haris saat itu betul-betul membuat dia berteka-teki sendiri.Hatinya tertanya-tanya apa sebenarnya tujuan suaminya balik siang itu.
Haris memandang Lia seketika sebelum bersuara.
“Abang mau menikahi Kuza.” Kata-kata spontan yang keluar dari bibir suaminya itu membuat hati Lia tersentak.Lia memandang wajah Haris.Mata mereka bertentangan agak lama.Kemudian Lia menunduk.
“Maafkan Lia abang.Lia tak rela.” Setitis air matanya tumpah membasahi pipi.
“Kau harus setuju,Lia.Aku inginkan kebahagiaan dalam rumah tanggaku.Sejak kita bersama aku tak pernah merasa bahagia.Sedangkan seorang isteri itu dikurniakan adalah untuk merasa senang dan bahagia bersamanya,Itu kata Rasulullah.Kau sepatutnya lebih tahu itu.”
“Tapi Lia sudah menjalankan tanggungjawab Lia sebagai isteri sakinah.Hanya abang yang tidak mahu menyempurnakan tanggungjawab itu.”
“Kerana aku tidak mencintaimu!”
“Lalu kenapa abang menikahi Lia?!”
“Kerana….” Belum sempat dia menghabiskan kata-kata tiba-tiba pintu rumahnya diketuk.
“Assalamulaikum.” Itu suara ibunya.
“Walaikumsalam.” Jawab Haris.Pintu rumah dibuka.
"Kenapa Haris? kenapa Lia menangis?” Soal ibunya.
“Haris mahu menikahi Kuza,umi.”
“Astaghfirullah.Apa yang kau cakap ni Haris? Kenapa kau mahu menzalimi isterimu?”
“Haris bukan mahu menzalimi Lia.Tapi kerana Haris tak bahagia umi.Haris inginkan kebahagiaan dalam rumah tangga Haris dan itu hanya bila Haris bersama dengan Kuza bukan Lia.”
Kejujuran Haris terhadap ucapanya itu semakin menghancurkan hati Lia.Semakin deras juga butiran-butiran jernih yang jatuh ke pipinya.Semakin tesedu-sedu dia.Dia merasa sangat terbuang oleh keterusterangan suaminya itu.Suasana sepi seketika.Hanya suara tangisan yang mengisi ruangan itu.Haris segera menggapai kunci kereta di atas meja lalu melangkah keluar.Dia tidak sanggup untuk menunggu lama dalam suasana emosional seperti itu.Dia tidak suka melihat dua wanita itu menangis kerananya.Kereta meluncur laju sebaik saja enjin dihidupkan.
Malam semakin larut.Lia duduk termangu di ruang tamu menanti kepulangan suaminya yang tak juga kunjung tiba.Lia ingin menyatakan sesuatu kepada Haris.Sesuatu yang penting.Sesuatu yang mungkin Haris inginkan selama ini.Perkara yang diungkapkan Haris siang tadi sudah difikirkannya masak-masak.Dia sudah mengambil solusi untuk menghuraikan pertengkaran dan kekusutan antara mereka selama ini.Lia melihat jam di dinding.Sudah hampir tengah malam.Kemudian matanya beralih ke telefon yang ada di tepi.Hatinya terdetik untuk menelefon Haris.Dia cuba,tapi tidak diangkat.
Haris membawa diri kesebuah pub yang tidak asing baginya.Dia sudah sering mengunjungi tempat itu bersama kekasihnya sejak dulu hingga kini walaupun kini dia telah berstatus sebagai suami Lia.Di sini tempat dia bergembira.Tempat dia berasmara.Malam itu dia tidak ditemani oleh Kuza.Dia mengambil tempat di satu sudut ruangan itu.Rokok L.A dihisap penuh nikmat.Dia mahu merasakan setiap aliran asap rokok yang melalui lorong toraksnya ke saluran bronkul dan bronkotus sebelum sampai ke paru-paru lalu menyebarkan nikotin.Sinaps menghantar impuls ke otak untuk di tafsirkan dan hasilnya dinikmati oleh Haris.Kemudian dia menghembus perlahan.Berkepul-kepul asap keluar dari hidung dan mulutnya.Suasana yang diwarnai dengan lampu warna-warni serta bunyi muzik yang membingitkan telinga langsung tidak membuatnya semakin tertekan.Malah dia terasa tenang melihat pelbagai gelagat manusia di pub itu.Ada yang menari,berpelukan,menikmati minuman ada juga yang hanya bersembang sambil menghisap rokok.Apa yang pasti semuanya akan mengundang kemurkaan Allah.Majoriti gadis-gadis cantik dan seksi ditemani lelaki-lelaki yang sudah separuh abad berperut boroi tapi berpket tebal.
Ditengah-tengah gerombolan manusia yang sedang leka menari,mata Haris tertangkap kelibat seseorang yang seakan amat dikenalinya.Diamati wajah itu betul-betul.Alangkah terkejutnya dia apabila melihat Kuza sedang leka menari berpelukan mesra dengan seorang lelaki.Darahnya tiba-tibanya memuncak tapi dia tidak menghampiri Kuza.Dia segera meninggalkan tempat itu.Perasaanya betul-betul terpukul dengan apa yang dilihatnya.Dia sangat kecewa dek pegkhianatan yang dilakukan oleh wanita yang amat dicintainya.
“Mungkin inilah hikmah mengapa hubunganku terhalang oleh orang tua.” Dia bermonolog sendiri.Tiba-tiba wajah Lia muncul di benaknya.Rasa penyesalan menghambat jiwanya.
“Maafkan abang,Lia...maafkan abang…” Bisik hati kecilnya.Kini dia sedar Lialah yang terbaik untuknya.Lialah permata.Lialah penyejuk hatinya.Dia amat menyesal kerana tidak menyedari hal itu sejak dulu.Dia segera ingin pulang ke rumah.Saat ini dia ingin sekali menemui Lia.Ingin meminta maaf padanya.Kereta dipandu dengan kelajuan 120km/j agar lebih cepat sampai.
Setibanya di rumah dia segera memanggil isterinya.
“Lia….Lia…” Nadanya lembut.Tapi tidak ada yang menyahut.Dia semakin gusar.Dia memanggil berkali-kali tapi masih tidak ada jawapan.Seluruh rumah dia mencari tapi kelibat Lia juga tidak kelihatan.Dia bingung.
‘Kemana isteriku?’ Hatinya bertanya.Dia menuju ke kamar tidur.Di atas meja rias ada sekeping surat yang ditinggalkan.Haris mengambil surat itu lalu membacanya.
‘Suamiku sayang…
Maafkanlah diri ini kerana tidak dapat membahagiakan abang selama pernikahan kita.Maafkanlah Lia kerana hanya menjadi pencetus kesedihan dalam jiwa dan raga abang.Sesungguhnya Lia telah berusaha untuk menjadi isteri yang baik untuk abang.Meski hati Lia turut kecewa kerana tidak pernah dianggap isteri.Hati Lia juga sakit kerana tidak pernah dihargai.Tapi Lia tetap bertahan kerana Lia percaya satu hari nanti hati abang akan terbuka untuk Lia.
Sayangku Haris..
Demi Allah,Lia sangat mencintai abang.Tapi mungkin cinta Lia tak seindah cinta Kuza pada abang dan tak sekuat cinta abang pada Kuza.Demi Allah juga,sesungguhnya Lia tidak mahu kita mengambil langkah yang paling dibenci Allah untuk menyelesaikan persengketaan perasaan antara kita.Tapi jika hingga kini abang masih tidak dapat menerima Lia sepenuhnya sebagai isteri abang,Lia rela.. Ceraikanlah Lia.Mungkin jalan ini sudah tertulis dalam takdir untuk kita memilihnya.Biarlah kita menjalani kehidupan dengan cara kita masing-masing.Lia akan sentiasa mendoakan kebahagiaan untuk abang.Semoga Allah memberikan hidayah untuk kita agar melalui kehidupan ini diatas landasan yang benar dan beriman.Maafkanlah segala kesalahan Lia selama ini.
Sekian,wasalam
.
Nuralia Syakira
Hancurlah hatinya setelah membaca surat itu.Titisan demi titisan air matanya jatuh membasahi warkah yang ada di tanganya.Ranaplah sebuah harapan bahagia yang baru diimpikan.Kekesalan yang amat dalam dirasakan di dalam lubuk hatinya.Dia menyesal kerana telah menzalimi isterinya.Dia sangat jahil kerana telah mensia-siakan isteri semulia Lia.Dia terduduk lemah di atas lantai dan menangis semahunya.Dalam keadaan kekecewaan yang dirasakan itu,fikiranya tetap ligat berfikir dimana harus mencari Lia.Dia bangun lalu menuju ke kereta.Dia tetap ingin menemui Lia malam itu walaupun dia tidak tahu ke mana harus pergi.
Perasaannya sangat kacau.Fikiranya berkecamuk.Dia membawa Avanza putihnya meluncur dengan kelajuan yang tinggi.Pada persimpangan jalan lampu merah menyala.Dia tidak dapat mengawal kelajuan kereta lalu ‘booom!!!.Satu hentaman kuat dirasakan di seluruh tubuhnya.Kereta melambung ke udara sebelum jatuh terhempas dan terbalik di tengah lebuh raya.Air mata yang tadi membasahi wajahnya kini terganti dengan aliran darah merah yang tak henti mengalir .Dia terhimpit pada tempat duduknya dan wajahnya dipenuhi serpihan-serpihan kaca.Dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya walau hujung jari sekalipun.Kesakitan yang amat sangat dirasakan kini sampai di ubun-ubun.Di celah-celah puluhan manusia yang mengelilinginya saat itu,dia melihat bayangan Lia. ‘Maafkan abang…maafkan abang…’ kata-kata itulah yang ingin sekali dia ucapkan kepada isterinya dan merupakan ungkapan akhir yang keluar dari bibirnya sebelum matanya tertutup rapat untuk selamanya.
Seminggu sudah pemergian Haris kepada sang pencipta.Perasaan sedih yang mendalam masih menyelubungi hati Lia.Setiap malam dia masih menangis.Setiap malam dia masih berduka.Pemergian Haris disaat mereka sedang bertengkar,disaat Haris sedang marah kepadanya,disaat Haris tidak redha kepadanya,itulah yang sangat dikesali oleh Lia.Kenapa bukan setelah mereka saling memaafkan? Agar dia tidak terlalu terpukul oleh perasaan berdosa kepada suaminya.
Lia bangun lalu menuju ke kamar mandi.Setiap anggota tubuhnya dibasahi dengan air wuduk.Sehabis solat dia memanjatkan doa.
“Dengan nama-Mu ya Allah…
Aku bersimpuh di hadapan-Mu dengan penuh rasa hina dan rendah hati.Tiada tempat selain Engkau tempatku mengadu dan bermohon.
Ya Tuhanku…
Ampunilah setiap kekhilafan ku dan kekhilafan suamiku.Ampunilah segala kejahilan-kejahilan yang telah kami lakukan disepanjang lipatan usia yang telah kami jalani.Limpahkanlah rahmat dan keredhaan-Mu kepada roh suamiku.Tempatkanlah dia bersama orang-orang yang beriman.Sesungguhnya Engkau tuhan yang maha pengampun dan penerima taubat.
Ya Rabbi…
Kuatkanlah aku untuk menjalani kehidupan ini.Kuatkanlah imanku agar terus berdiri di jalan keimanan kepada-Mu,dan lindungilah aku agar sentiasa berjalan di bawah payungan rahmat dan keberkatan-Mu sehingga aku kembali kepada-Mu.Sesungguhnya dari-Mulah aku datang dan kepada-Mu jua aku kembali.Amin…”
Mukanya ditekup perlahan.Air mata yang mengalir diusap lembut.Setelah melepaskan telekung dia merebahkan tubuhnya di atas katil.Gambar Haris yang ada di atas meja di tepi katil diambil dan dipeluknya erat.Matanya terasa berat.Seketika kemudian dia terlelap bersama gambar suami yang telah pergi untuk selamanya.
Hasil karya minda : Suriana Bakri
Email : Pu3ku_hana@yahoo.com.my