Sejarah perkembangan 4 agama tertua di dunia
Agama Islam
Islam
adalah agama yang bertuhankan Allah yang Maha Esa.mempunyai 5 rukun islam dan 6
rukun iman yang wajib dijalankan bagi setiap umatnya. Kitab bagi umat Islam
adalah Al-qur’an dan mempunyai 25 nabi yang wajib dipercayai. Hari raya bagi
umat islam akan di rayakan pada setiap tanggal 1 syawal mengikut kalender
islam.
Rukun
Islam iaitu ;
Mengucap
2 kalimah syahadah,
Solat
5 waktu
Berpuasa
di bulan Ramadhan
Membayar
Zakat
Menunaikan
Haji.
Manakala
rukun Iman pula iaitu;
Percaya
kepada Tuhan
Percaya
kepada malaikat
Percaya
kepada Nabi dan rasul
Percaya
kepada kitab
Percaya
kepada hari kiamat
Percaya
kepada qadak dan qadar
Islam
bermula dengan ajaran Nabi Muhammad saw di tempat kelahirannya Mekkah. Islam
berkembang lebih maju setelah baginda berhijrah ke Madinah dalam tahun 622
M.Selama penyebaran dakwah beliau telah membuktikan bahawa Islam meliputi
pembinaan suatu masyarakat merdeka, dengan sistem sendiri tentang pemerintahan,
hukum, dan Lembaga Generasi Muslimanin pertama, telah menginsafi bahwa Hijrah
adalah satu titik perubahan penting dalam sejarah. Merekalah yang menetapkan
tahun 622 M sebagai permulaan takwin Islam baru.
Selepas
kewafatan Nabi Muhammad saw perjalanan penyebaran agama Islam sedikit
mundur.Namun di bawah kepimpinan para Khalifah yeng menggantikan Nabi Muhammad
saw gelombang penaklukan bergerak dengan cepat di Arabia bagian Utara dan
Timur, kerajaan Romawi Timur di Syirq al-Ardun dan kerajaan Persia di Irak.
Selatan. Mengambil masa lebih kurang 10 tahun akhirnya mesir berjaya di
gabungkan dalam kerajaan Islam Baru.Islam seterusnya terus tersebar luas oleh
orang-orang Arab sampai ke Maroko, Spanyol, Perancis, pintu-pintu kota
Konstantinopel, jauh ke Asia Tengah sampai ke Sungai Indus, hanya dalam 1 abad.
Dua monument indah sekaligus bukti perkembangan dan konsolidasi Islam yPada
tahun 660 M. ibu kota Kerajaan Arab dipindahkan ke Damsyik, tempat kedudukan
baru Khalifang luar biasa pada zaman pemerintahan Khalifah adalah Masjid Raya
di Damsyik dan Masjid Al-Aqsa di Darusalam.
Abad
kesembilan dan kesepuluh Masehi menyaksikan puncak kemajuan peradaban Islam
yang luas dan usaha-usaha yang berhasil. Kerajinan, perdagangan, kesenian
bangunan, dan beberapa kesenian yang kurang penting, berkembang dengan subur
waktu Persia, Mesopotamia, Siria, dan Mesir, memberikan sokongan mereka dalam
usaha serentak.
Kegiatan-kegiatan
baru ini menumbuhkan kehidupan intelektual. Sedang ilmu pengetahuan agama
berkembang pada beberapa pusat baru terbesar dari Samarqand sampai ke Afrika
Utara dan Spanyol, kesusasteraan dan pikiran dengan menggunakan sumber-sumber
Yunani, Persia, dan juga India, melebar ke jurusan baru, seringkali bebas dari
tradisi Islam dan banyak sedikitnya memberontak terhadap kepicikan dan
kesempatan sistem kuno. Dengan dorongan perluasan kaki langit alamiah,
kecerdasan pikiran, keduniawian, dan kerohanian, saling pengaruh mempengaruhi
dengan hebatnya.
Sejarah
dan ilmu bahasa, melebar hingga meliputi sejarah duniawi dan kesusasteraan.
Ilmu kedokteran dan ilmu pasti Yunani disediakan dalam perpustakaan buku-buku
terjemahan dan dikembangkan oleh sarjana Persia dan Arab, khusus ilmu Aljabar,
ilmu ukur segitiga, dan ilmu optik (penglihatan). Ilmu berkembang pada seluruh
cabangnya, di bidang politik, organik, matematik, astronomik, ilmu alam, dan
pesiar, meluas demikian jauh hingga meliputi negara-negara dan peradaban bangsa
di seluruh dunia.
.Mulai
abad kesebelas Masehi, ilmu Sufi mengerahkan kebaktian sebagian besar kegiatan
kerohanian umat Islam, dan mendirikan suatu sumber pembaharuan kepribadian yang
sanggup mempertahankan tenaga kebatinan selama abad-abad sesudahnya penuh
dengan kemerosotan politik dan perekonomian.
Para
ahli Sufi, baik sebagai penyiar perseorangan maupun (di kemudian hari) sebagai
anggota dalam gabungan tarekat merupakan pemimpin dalam tugas mengislamkan
orang penyembah berhala, yang tidak beragama, dan suku yang hanya tipis sekali
pengislamannya. Penyebaran agama berhasil ialah terbanyak oleh kawan sebangsa
sendiri dari suku-suku tersebut yang biasanya kikuk, buta huruf, dan kasar.
Merekalah yang meletakkan dasar-dasar yang memungkinkan generasi kemudian
menerima keadaban hukum syariat dan tauhid yang lebih halus. Berkat pekerjaan
mereka, maka dalam abad-abad berikutnya,